foto oleh Rizkia Yulianti (GNFI)



KADER BELA NEGARA JATIM - Berbekal senjata api seadanya dan beberapa membawa bambu runcing, lengkap dengan atribut dan semangat juang. Para pembela tanah air ini sudah siap diposisinya masing-masing. Tatapan yang teguh untuk kemenangan, untuk merebut hak dan mengusir pada penjajah. Hati yang gentar namun mereka tak takut mati sebab mereka bersatu. Mereka mulai berdesakan satu sama lain. Terdengar seorang pemimpinnya mulai berorasi untuk membakar semangat pengikutnya, agar tak pantang mundur hingga kemerdekaaan ditangan rakyat. 




Setelah beberapa menit berkumpul, meletuslah bunyi senapan yang menandakan mulainya perang sengit antara Arek-arek Suroboyo melawan tentara Inggris. 
"... Saudara-saudara, didalam pertempuran-pertempuran yang lampau, kita sekalian telah menunjukkan bahwa rakyat Indonesia di Surabaya, pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku, pemuda-pemuda yang berasal dari Sulawesi, pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Bali, pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan, pemuda-pemuda dari seluruh Sumatera, pemuda Aceh, pemuda Tapanuli & seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini, didalam pasukan-pasukan mereka masing-masing dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung, telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa dijebol, telah menunjukkan satu kekuatan sehingga mereka itu terjepit di mana-mana."

"Hanya karena taktik yang licik daripada mereka itu, saudara-saudara dengan mendatangkan presiden & pemimpin-pemimpin lainnya ke Surabaya ini, maka kita tunduk untuk menghentikan pertempuran. Tetapi pada masa itu mereka telah memperkuat diri, dan setelah kuat sekarang inilah keadaannya..." 
Penggalan pidato dari Bung Tomo turut membakar semangat pejuang tidak hanya oleh para pemain, tetapi juga dirasakan oleh warga sekitar yang menyaksikan.




teatrikal yang luarbiasa dalam peringatan Hari Pahlawan di acara Parade Juang Surabaya | foto oleh Rizkia Yulianti (GNFI)
teatrikal yang luarbiasa dalam peringatan Hari Pahlawan di acara Parade Juang Surabaya | foto oleh Rizkia Yulianti (GNFI)
Inilah bentuk teatrikal drama peperangan yang dimainkan dengan tema Sumpah Pregolan (Sumpah Merdeka atau Mati), yang tampil pada pukul 8 pagi di kawasan alun-alun Tugu Pahlawan, Kota Surabaya. Disaksikan oleh warga sekitar dan tamu undangan serta Walikota Surabaya, ibu Tri Rismaharini. Drama teatrikal ini menjadi pembuka acara Parade Juang Surabaya 2017 yang di ikuti oleh lebih dari 300 peserta. 

Pada Minggu, 5 November 2017, parade ini melibatkan 28 kelompok peserta jalan parade sepanjang 6.5 KM dengan rute start dari Tugu Pahlawan, menuju Viaduk, kemudian di sepanjang Jalan Tunjungan menampilkan teatrikal Pertempuran Sumpah Pregolan, Perang Madiun dan Perang TKR Laut ; kemudian menuju Gedung Siola dimana ibu Risma membacakan puisi, kemudian rombongan parade lanjut berjalan menuju monumen Bambu Runcing yang disertai dengan teatrikal Pidato Gubernur Suryo dan perang di depan Gedung Rahardi, lalu dilanjutkan perjalanan menuju Monumen Perjuangan Polri di Jl. Polisi Istimewa dengan teatrikal merobek bendera Jepang dan mengibarkan bendera Merah Putih serta pembacaan Proklamasi Polri, kemudian menyusuri Sekolah Santa Maria dan rombongan menuju finish di Taman Bungkul di Jl Darmo. Acara parade ini dibubarkan tepat pada pukul 10.45 WIB. 

Peringatan seperti ini sudah dilaksanakan sejak tahun 1997, yang diadakan setahun sekali dalam rangka menyambut Hari Pahlawan yang diperingati pada 10 November di Kota Surabaya. Dalam kegiatan peringatan ini kita bisa melihat bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang mencintai negerinya, bangsa yang menghormati sejarahnya dan bangsa yang menghargai pahlawannya. 

ditulis untuk liputan khusus peringatan Hari Pahlawan 2017

Sumber: https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/11/06/peringatan-hari-pahlawan-2017-di-kota-kenangan-surabaya